Foto: Routers
New York, Megaphone PAPUA - Harga minyak dunia naik moderat pada Selasa (Rabu pagi WIB), ketika para pedagang menunggu data persediaan komersial mingguan yang bisa menjelaskan pandangan tentang permintaan di konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu.

AFP melansir, Rabu (19/8/2015), harga patokan minyak mentah light sweet AS atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September menjadi USD42,62 per barel di New York Mercantile Exchange, atau naik 75 sen dari penutupan Senin.

Sementara harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, acuan internasional, menghabiskan sebagian hari di posisi merah tetapi dengan susah payah berhasil bertambah tujuh sen, dan menetap di USD48,81 per barel di perdagangan London.

"Hari ini tidak ada terlalu banyak yang mempengaruhi harga," kata direktur riset komoditas di ClipperData, Matt Smith.

Smith menunjuk WTI berbalik naik atau rebound menjelang laporan data minyak mingguan American Petroleum Institute (API), mengatakan konsensus memperkirakan untuk penurunan dua juta barel dalam persediaan minyak mentah AS.

API dijadwalkan mempublikasikan laporannya setelah pasar tutup pada Selasa waktu setempat. Sementara itu, laporan resmi persediaan mingguan dari Departemen Energi AS (DoE) akan dirilis pada Rabu. Para ahli yang disurveiBloomberg News rata-rata memperkiraan DoE akan melaporkan bahwa cadangan minyak mentah AS telah turun 750.000 barel untuk pekan yang berakhir 14 Agustus.

"Kita akan melihat 'bearish', yang akan mengirim harga bergerak lebih rendah lagi," kata Smith.

Beberapa analis memprediksi itu akan terjadi. Carl Larry dari Frost & Sullivan mengatakan ia memperkirakan pelambatan penggunaan kilang dan masalah pada sebuah kilang besar di Whiting, Indiana, akan menambah persediaan minyak mentah AS mendekati tingkat tinggi.

Tetapi Larry mengatakan bahwa WTI sedang keluar dari posisi terbawahnya setelah jatuh sekitar 30 persen dalam dua bulan terakhir. "Wilayah USD40 ini cukup rendah, itu terendah yang kami lihat dalam waktu cukup lama, sejak 2009, dan saya pikir ada sedikit ruang untuk bergerak lebih rendah," kata dia, mengutip USD38 per barel sebagai
kasus terburuk.

"Kita tidak dalam ekonomi yang buruk sekarang, ketika kita berbicara tentang lemahnya permintaan, kita tidak sedang berbicara tentang Tiongkok atau Eropa, kita tidak berbicara tentang Amerika," kata Larry.

BMI Research memperkirakan kelebihan pasokan global akan bertahan hingga 2018. "Kembalinya minyak Iran ke pasar, ditambah dengan proyek jaringan pipa yang kuat di Amerika Utara, Timur Tengah, Afrika Barat dan Kazakhstan, akan melihat ekspansi pasokan global melebihi pertumbuhan konsumsi global untuk dua tahun berikutnya," pungkasnya. 
AHL[Hugo/MP]
Share To:

https://m-papua.blogspot.com/?m=1

Post A Comment:

0 comments so far,add yours