![]() |
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
|
Jakarta, Megaphone PAPUA - Indonesia dinilai telah memasuki masa krisis. Hal ini mengacu pada faktor semakin anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp14.700 per USD.
Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan paket
kebijakan ekonomi tahap I, namun kenyataannya masih belum membaiknya
kondisi perekonomian dalam negeri.
Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Beni Pramula
menjelaskan, selain anjloknya Rupiah, ada beberapa indikasi yang
menunjukkan bahwa negara Indonesia sedang mengalami krisis moneter. Hal
itu terlihat dari defisit neraca pembayaran yang besar karena inflasi
yang tidak terkontrol, hutang luar negeri yang semakin melambung, suku
bunga tinggi dan kurs mata uang tidak seimbang.
"Tren pelemahan nilai tukar Rupiah dan saham merupakan respons pasar
setelah mencermati kepemimpinan Jokowi-JK," kata Beni saat ditemui di
Puspiptek, Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu malam.
Lebih lanjut, Beni menuturkan penyebab terjadinya krisis ekonomi
tersebut karena kegagalan negara dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang
berdampak langsung ke masyarakat.
"Ini merupakan kegagalan negara dalam merumuskan kebijakan ekonomi
makro yang tercermin dari kombinasi nilai tukar yang kaku. Dengan
demikian berarti ada regulasi fiskal yang bocor, inflasi yang merupakan
hasil dari apresiasi nilai tukar efektif riil, defisit neraca pembayaran
dan pelarian modal yang lengah dari perhatian pemerintah," tuturnya.
(rzy)
Sumber: OKEZONE

Post A Comment:
0 comments so far,add yours