Pdt. Dr. Benny Giay, Ketua Sinode Kingmi Papua. Foto: MS
Dalam catatan yang lalu kita sudah lihat 'orang Papua sebagai aktor dalam KKR ini dan kiatnya mengibarkan bendera kepentingannya'. Perhatian dari catatan ini ialah Aktor lain: si pendeta KKR, Benny Hinn itu sendiri.
Tetapi kita tidak lihat si Hinn, Pdt KKR ini secara pribadi, tetapi dari sudut pandang tradisi dan sejarah gereja yang telah lama berakar di barat yang pada gilirannya ikut menyeret cara berpikir para pendeta dan gereja Papua yang terus habiskan banyak dana menghadirkan pendeta-pendeta KKR selama ini di tanah ini.
Pertama, yang perlu kita ketahui ialah arah pikiran dan sejarah gereja-gereja Papua. Para pendeta atau gereja Papua tertentu yang mengundang pendeta KKR ini dibina dalam gereja-gereja yang dibentuk oleh badan penyiaran Injil barat yang mementingkan KKR di tempat terbuka sebagai salah satu metode pembinaan iman umatnya.
Badan-badan penyiaran Injil ini yang dalam tahun-tahun 1950-an merintis gereja di Papua membawa tradisi barat yang mengidolakan KKR sebagai metode pembinaan iman. Sehingga wajar kalau gereja-gereja yang dirintis badan penyiaran Injil ini digiring untuk meneruskan tradisi ini di Papua.
Apa yang dilakukan badan penyiaran Injil itu untuk mencuci otak gereja di Papua dan Indonesia untuk mewariskan 'budaya KKR" ini? Mereka mendirikan penerbit dan toko buku, lalu mereka menerjemahkan kisah hidup para pendeta KKR di barat itu dan menerbitkannya; kemudian mengajarkannya sebagai sejarah gereja.
Kedua, dalam tradisi dan sejarah gereja seperti itu para pendeta KKRI ini yang sering disebut sebagai 'penginjil keliling ini' otomatis mencapai status selebriti. Mereka bisa keliling dunia berkotbah di mana-mana, kumpul uang jadikan kegiatan KKR di kota-kota besar dan tinggal di hotel-hotel mewah, cari uang dari orang-orang kaya di negara-negara dunia ketiga.
Saya ingat tahun 2012, kalau tidak salah, pendeta KKR: Richard Bonnke dalam bulan Desember cari dana di Hyatt Hotel di Bundaran Hotel Indonesia, dia undang orang terkaya di Indonesia dan beberkan rencananya untuk mengkristenkan Afrika dan dunia dengan tayangkan video kegiatannya menyembuhkan ribuan orang Afrika yang sakit dan menderita.
Saya yakin pendeta KKR kita (Benny Hinn) akan lakukan hal yang sama saat keluar dari Papua. Dia akan tayangkan orang Papua yang sakit, gizi buruk, perempuan dan anak-anak Papua tanpa harapan di depan publik dengan poster (apa lagi berita-berita kekerasan negara di tanah ini terus menghangat) untuk mmbiayai kegiatan selanjutnya dan proyek lainnya di Amerika.
Dengan modal status selebritinya mereka diterima dan tidak jarang kegiatannya dibiayai petinggi-petinggi negara itu. Dan sebagai balasannya, mereka dalam sepak terjang mendukung penguasa-penguasa yang haus darah itu.
Kemarin kita lihat pendeta-pendeta Papua dan pendeta KKR sudah menyanyikan 'Indonesia Raya' dalam KKR tanpa menyentuh masalah kekerasan di tanah ini. Tetapi dia bukan sendiri di sini.
Pendeta KKR sebelumnya: Billy Graham adalah contoh lain di sini yang melakukan hal yang sama. Malam sebelum Presiden Bush menyerang Sadam Husein tahun 1990, pendeta KKR: Billy berdoa pergi ke Gedjng Lutih untuk Presiden Bush bagi kekalahan Sadam Husein dan rakyat. Tetapi pada saat yang sama doa bagi kemenangan Amerika. Posisi politiknya pendeta KKR jelas.
Walau pun Billy Graham sedikit lebih baik dan lebih akademik sehingga terlibat dalam pengembangan perguruan tinggi teologi yang dikenal luas dan berdampak global dengan mendukung dana pembangungan Wheaton College yang kemudian dikembangkan menjadi Wheaton Graduate School; dan Fuller Theological Seminary.
Tidak seperti pendeta KKR lain oleh karena kelebihan uang yang menyebabkan mereka terjebak dalam dosa kemewahan selebriti seperti: perselingkuhan seksual seperti pendeta KKR Jimmy Swargard beberapa tahun lalu.
Singkatnya, siapa pun pendeta KKR dan panitia yang mengatur kegiatan KKR di mana saja, kita dan Tuhan tahu bahwa Tuhan yang mereka beritakan tidak lain dari 'Tuhan para firaun modern' itu.
Pdt. Dr. Benny Giay Adalah Ketua Sinode Kingmi Papua.
Source: MAJALAH SELANGKAH
Post A Comment:
0 comments so far,add yours