Pemimpin Korut, Kim Jong-un, memimpin rapat daurat militer setelah situasi kedua Korea di ambang perang. | (Reuters/KCNA) |
Pyongyang, Megaphone PAPUA - Pemerintah Korea Utara (Korut) menyatakan situasi di Semenanjung Korea sudah di ambang perang setelah batas waktu ultimatum bagi Korea Selatan (Korsel) untuk menghentikan siaran propaganda anti-Pyongyang, habis sore ini (22/8/2015). Pejabat Korut menyalahkan Amerika Serikat (AS) dan Korsel atas situasi ini.
”Perang psikologis perlawanan (Korea Utara) pada dasarnya, ini tindakan perang terbuka,” tulis kantor berita pemerintah Korut, KCNA.
Duta Besar Korut untuk Rusia, Kim Hyun-joon, terang-terangan menyalahkan AS dan Korsel yang dia sebut memicu eskalasi. ”Situasi di semenanjung Korea saat ini sudah beringsut, lebih dekat ke ambang perang karena provokasi politik dan militer tak berujung,” ujar Kim Hyun-joon, kepada wartawan di Moskow.
“Kami memiliki pasukan militer yang kuat, jadi kami tidak akan menggunakan senjata primitif seperti tambang,” ujarnya. (Baca: Di Ambang Tempur, Korut Siap Perang Habis-habisan dengan Korsel)
Meski situasi sudah di ambang perang, Korsel tetap mengabaikan ultimatum rezim Pyongyang dan tetap akan menyiarkan propaganda anti-Korut dengan pengeras suara. Hal itu ditegaskan Wakil Menteri Pertahanan Korsel, Baek Seung-joo. Dia memprediksi militer Korut akan menyerang fasilitas siaran propaganda yang ada di Zona Demiliterisasi (DMZ).
”Ada kemungkinan besar bahwa Korut akan menyerang fasilitas loudspeaker,” ujar Baek Seung-joo.
Pihak Staf Gabungan Militer Korsel sudah minta Korut untuk menahan diri dari setiap “tindakan sembrono." Sedangkan Presiden Korsel, Park Geun-hye, telah mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional untuk memerintahkan respon keras terhadap setiap provokasi dari Korut. ”Setiap provokasi oleh Korut tidak akan ditoleransi,” ujar Presiden Park.
(mas)
Sumber: SINDOnews
Post A Comment:
0 comments so far,add yours