Ilustrasi
Konteks pendidikan saat ini di Papua berbaur dengan konteks pendidikan yang berkurikulum dan dibawa tatanan pemerintah pusat. Amandemen kurikulum pun hampir pergantian rezim di Indonesia bertentangan dan tidak sesuai dengan jenjang rezim yang berturut-turut.

Sebelum berbicara soal imperialis, pendidikan merupakan korban utama, pembunuhan karakter masyarakat yang bermula dari jenjang masing-masing pendidikan, mulai dari TK hingga perguruan tinggi.

Imperialis kalau kita artikan adalah sebuah tatanan sistem politik yang dibuat atau yang dijalankan oleh elit tertentu untuk kepentingan penguasa secara umum. Pendidikan dalam wahana dan dalam posisi krisis seperti di Papua, tidak bisa kita membuat sebuah kebijakan yang selebihnya akan berdampat pada kepentingan para penguasa sendiri.

Sekarang, imperialisme yang diterapkan memang sudah mendarah, bukan soal mendarah, tetapi sudah menjadi wibawa pemerintah dalam menjalankan tatanan hidup untuk ikut bersama dengan tatanan imperialis yang diterapkan.

Pendidikan kalau kita artikan sebagai perubahan mental, sama seperti kebijakan Presiden Jokowi, ‘Revolusi Mental’ menjadi sebuah tolak ukur pencucian moral bangsa. Kalau kita bisara konteks pendidikan ala Indonesia.

Sekarang kalau di Papua, perlu untuk dipikirkan berlipat ganda, soal penerapan pendidikan. bicara kembali soal tatanan imperialis, elit kepentingan menjadi tolak ukur yang perlu dipahami. Kepentingan pemodal akan terus ditelusuri melewati jejaring kepentingan elit tertentu, walau itu dikatakan sangat bermutu dan bermakna dalam kebijakan kepentingan di Papua.

Paulo Freire, sang penggagas pendidikan dan pembebasan untuk kaum tertindas pun disingkirkan dalam penerapan pendidikan, sama seperti di Papua, ini menyatakan bahwa, pendidikan itu benar-benar tidak dirasahkan oleh para kaum tertindas. Membaca kebijakan yang mereka lakukan pun akan bertentangan nilai budaya dalam pendidikan yang sudah ada sejak Papua masih peradaban awal.

Sekarang kalau bicara soal konteks pendidikan nasionalisme Papua, perlu di pahami bahwa, konsep pendidikan kaum tertindas ada pada pola yang berbeda, dan titik beratnya ada pada pendidikan dan pembebasan oleh Paulo Freire sendiri.

Sekolah rakyat dahulu di Jawa pada masa post kolonial Belanda pun di bungkam dengan kepentingan elit pada Orde Baru, dan dimusnahkan karena dituding PKI. Konsep pendidikan dalam sekolah rakolah rakyat yang digagas oleh Kihadjar Dewantoro dan Tan Malaka pun memiliki perbedaan yang mencolok.

Tan Malaka yang di sebut-sebut oleh dunia, dalam kehidupan yang penuh dengan misteri, memahami benar, konsep pendidikan yang sesungguhnya. Keperpihakan pendidikan yang merujuk pada penerapan kaum tertindas untuk mengangkat kaum buruh dan tani pada saat post kolonial Belanda menguasai Indonesia.

Konteks Papua sudah jauh berbeda lagi dengan konteks dahulu. Tatanan imperis sudah berbaur ajaran dan itu terus mendarah di kalangant elit untuk membunuh karakter dan budaya orang Papua yang sesungguhnya.

Jadi, untuk mengartikan kerja alit pemodal yang menguasasi tantan pendidikan saat ini, perlu sekali untuk kita mengetahui, titik-titik dimana peran imperialisme itu berada, begitu pun dampat masa depan kita orang Papua. Karena saat ini, pola pikir kita sendiri tidak bisa kita kalahkan dengan sistem yang sudah di scan dalam pikiran kita melalui pendidikan. hanya saja, revolusi yang akan mengakhiri semua bentuk.[Kudiai Mikael]
 
Sumber: FACEBOOK
Share To:

https://m-papua.blogspot.com/?m=1

Post A Comment:

0 comments so far,add yours